Selasa, 28 Agustus 2007

Kertas Sigaret Sinar Pelikan






Jenis Produk : Kertas Sigaret

No. daftar legal :
83848

No. merk dagang : -


Produsen : 
Sinar Pelikan

Alamat Produsen : -

Bentuk Packaging : 
Kemasan

Material Kemasan : 
Kertas

Ukuran :
- Panjang : 
120 mm
- Lebar : 
76 mm

Warna Kemasan : 
Biru, Merah dan Putih

Simbol/Visual : 
Burung Pelikan yang sedang memakan ikan

Penafsiran :
~Warna biru terlihat sangat dominan disini.  Warna biru disini melambangkan kemakmuran dan kesetiaan.
Putih melambangkan kesucian dan kedamaian
Merah melambangkan keberanian serta keberuntungan bagi budaya Tionghoa.

~Ornamen campuran Jawa-Tionghoa terlihat pada background ornamen bilik, dan ornamen suliran daun bunga yang menghiasi kemasan ini, menciptakan kesan bahwa kertas sigaret ini dibuat secara tradisional atau alami.  

~Gambar burung Pelikan dari logo perusahaan melambangkan kemakmuran dan pantang menyerah yang dipercaya oleh budaya Tionghoa.
Ditambah dengan garis 'Halo' disekitar burung pelikan yang menggambarkan penyinaran atau pencerahan.  Burung Pelikan yang sedang memakan ikan melambangkan rejeki yang mengalir lancar.

sumber : http://www.sulut.go.id/dataweb/artilambang.pdf



Simbol Pelikan Dalam Gereja Khatolik

Simbol ibu pelikan sedang memberi makan anak-anaknya berasal dari suatu legenda kuno sebelum masa Kristiani. Alkisah, pada masa kelaparan, ibu pelikan melukai dirinya sendiri, merobek dadanya dengan paruhnya untuk memberi makan anak-anaknya dengan darahnya agar mereka tidak mati kelaparan. Versi lain dari legenda tersebut mengisahkan ibu pelikan memberi makan anak-anaknya yang mati kelaparan dengan darahnya agar mereka pulih dan hidup kembali, sementara ia sendiri kehilangan nyawanya.

Ditemukan dalam Physiologus (= Legenda Binatang), suatu karya sastra Gereja Perdana yang muncul pada abad kedua di Alexandria, Mesir. Physiologus, yang ditulis oleh seorang pengarang anonim, menceritakan legenda-legenda binatang dengan memberikan tafsiran alegoris (= kiasan) bagi setiap legenda. Sebagai contoh, burung phoenix (= burung hong) yang membakar dirinya hingga mati dan bangkit dari abu pada hari ketiga, melambangkan Kristus yang wafat bagi dosa-dosa kita dan bangkit pada hari ketiga dengan mengaruniakan janji akan kehidupan kekal bagi kita. Unicorn yang hanya mengijinkan dirinya ditangkap dalam pelukan seorang gadis yang suci murni, melambangkan peristiwa inkarnasi.

Dalam Physiologus, legenda pelikan memberi makan anak-anaknya digambarkan sebagai berikut: “Anak-anak pelikan menyerang orangtuanya, dan orangtuanya menyerang balik, lalu membunuh mereka. Tetapi, pada hari ketiga ibu pelikan merobek lambungnya dan mencurahkan darahnya atas anak-anaknya yang telah mati. Dengan demikian, anak-anaknya itu dipulihkan serta dihidupkan kembali. Demikian jugalah Tuhan kita Yesus Kristus bersabda melalui nabi Yesaya: “Aku membesarkan anak-anak dan mengasuhnya, tetapi mereka memberontak terhadap Aku.” (Yesaya 1:2). Kita memberontak melawan Tuhan dengan menyembah allah-allah lain selain dari Sang Pencipta. Sebab itu Ia rela merendahkan diri dengan wafat di atas kayu salib, dan ketika lambung-Nya ditikam, mengalirlah darah dan air bagi keselamatan dan kehidupan kekal bagi kita.” Karya sastra tersebut dikenal oleh St. Epifanius, St. Basilus and St. Petrus dari Alexandria, serta populer pada abad pertengahan dan dipakai sebagai sumber acuan simbol-simbol yang dipakai dalam berbagai karya pahat batu dan karya seni lainnya pada masa itu.

sumber :  http://yesaya.indocell.net/id478.htm




Tidak ada komentar: