Rabu, 03 Oktober 2007
Produk Pilihan "OBAT CACING BARU" cap Ayam Jago
Jenis Produk : Obat Cacing
No. daftar legal : D. 7811798
No. merk dagang : -
Nama Perusahaan : PT.DEGEPHARM
Alamat Pabrik : Jl. Ki Mangunsakoro No.106
Propinsi : Jawa Tengah
Kabupaten : Semarang
Kecamatan : Semarang Tengah
Telp Pabrik : 024-540233
Fax. Pabrik : 024-547938
Kontak : Nurhadi, SH
Jabatan : Ka Div Personalia
No. KLUI : 24232
Uraian : Ind. Farmasi
Produk Utama : MACAM-MACAM OBAT
Bentuk Packaging : Sachet
Material Kemasan : Plastik
Ukuran :
- Panjang : 55 mm
- Lebar : 75 mm
Warna Kemasan : Kuning dan Merah
Simbol/Visual :
Anak kecil yang cacingan dengan perut yang kembung
dan ada logo ayam jago.
Penafsiran :
~Warna merah dan kuning sangat dominan di desain produk ini sehingga terlihat sekali adanya unsur dari budaya Tionghoa. Warna merah dalam budaya Tionghoa melambangkan "keberuntungan" sedangkan warna kuning yang juga warna emas pada budaya Tionghoa berarti kemakmuran. Ditambah dengan ornamen-ornamen bunga yang menambahkan kekentalan budaya tersebut.
~Adanya ilustrasi anak kecil dengan perut kembung (sedang cacingan) ingin menjelaskan untuk apa produk ini dibuat yaitu sebagai obat untuk mengatasi sakit cacingan.
~Logo Ayam Jago / ayam jantan pada pada etnik Indonesia sendiri mengartikan kejantanan dan kejagoan. Dalam budaya Bugis dan Makassar, penekanan makna simbol ayam jantan bukan terutama pada makna kejagoan tapi pada makna kesadaran waktu, juga sikap berani menghadapi tantangan.
~Pada tulisan obat cacing dasarnya digunakan pita kuning yang terpengaruh oleh budaya eropa (jaman belanda) serta bentuk pita sendiri ingin mengartikan kualitas.
~Dalam kemasan, terdapat lingkaran biru kecil dimana dalam dunia kedokteran, lingkaran biru ini mempunyai arti obat yang dijual bebas dengan resep dokter.
~Pada bagian belakang kemasan dibagian bawah ada simbol ular dan mangkuk. Kita ketahui dibalik ancaman maut bisa ular, bisa ular ternyata juga memiliki khasiat yaitu sebagai penangkal bisa tersebut/obat yang menyembuhkan. Dari penggunaan simbol ular tersebut ingin menunjukan kalau obat cacing ini berkhasiat untuk menyembuhkan.
sumber : http://www.fajar.co.id/news.php?newsid=12719
www.pfizerpeduli.com/article_detail.aspx?id=28
id.wikipedia.org/wiki/Merah
www.budaya-tionghoa.org/modules. php?name=News&new_topic=26
www.embassyofindiajakarta.org/ Pharmaceutical_mkt_survey.pdf
CACINGAN
Pengertian Cacingan :
Cacingan adalah kumpulan gejala adanya cacing di dalam tubuh.
Penyebab Cacingan :
Penyebab cacingan yang populer adalah cacing pita, cacing kremi, dan cacing tambang.
Biasanya cacing bisa dengan mudah menular.
Waktu pengeraman :
Waktu terekspos sampai nampak tanda penyakit beberapa minggu.
Gejala :
Pantat gatal, merupakan salah satu gejala untuk jenis cacing Enterobius vermicularis.
Pada spesies cacing ini, indung cacing keluar dari lubang anus, biasanya di malam hari ketika kita tidur, dan meletakkan telurnya di daerah peri-anal (sekeliling anus).
Dengan menggunakan selotip, contoh telur-telur dapat di ambil dan dapat dilihat dengan bantuan mikroskop untuk diagnosa.
Pencegahan :
Cacingan bisa dicegah dengan mencuci badan, terutama tangan dan kaki dengan air dan sabun dengan bersih.
Saat salah satu anggota keluarga terkena cacingan, maka semua orang di rumah harus dirawat. Seprai, handuk dan pakaian yang dipakai pada 2 hari sebelumnya harus dicuci dengan dengan air hangat dan detergen.
sumber : http://id.wikipedia.org/wiki/Cacing
OBAT TRADISIONAL
Obat tradisional telah dikenal secara turun menurun dan digunakan oleh masyarakat untuk memenuhi kebutuhan akan kesehatan. Pemanfaatan obat tradisional pada umumnya lebih diutamakan sebagai upaya menjaga kesehatan atau preventif meskipun ada pula upaya sebagai pengobatan suatu penyakit. Dengan semakin berkembangnya obat tradisional, ditambah dengan gema kembali ke alam, telah meningkatkan popularitas obat tradisional. Hal ini terbukti dari semakin banyaknya industri jamu dan industri farmasi yang memproduksi obat tradisional untuk memenuhi kebutuhan masyarakat.
Industri jamu atau industri farmasi berlomba-lomba memproduksi obat tradisional secara moderen dengan mengikuti proses produksi menggunakan mesin-mesin moderen. Di satu sisi, masih banyak industri rumah tangga yang memproduksi obat tradisional secara sederhana dengan menerapkan resep-resep kuno yang dipercayai bermanfaat untuk kesehatan. Beberapa keterbatasan dari obat tradisional adalah masih kurangnya penelitian ilmiah yang menunjang pemahaman tentang cara kerja obat tradisional dalam tubuh manusia. Penelitian yang sudah banyak dilakukan lebih pada penelitian masing-masing tanaman obat. Itupun dengan penelitian yang terbatas pada beberapa fokus penelitian dan bukan penelitian yang mengupas secara tuntas tentang satu tanaman obat. Kita ketahui bahwa jamu Indonesia merupakan racikan dari berbagai tanaman obat yang terkadang jumlahnya cukup mengejutkan karena tersusun dari 40 macam simplisia. Banyaknya jumlah simplisia penyusun akan menimbulkan kesulitan pada pelaksanaan uji dari berbagai aspek penelitian terhadap jamu.
Meskipun secara empiris jamu terbukti cukup aman dikonsumsi manusia mengingat pemanfaatan yang sudah diterapkan masyarakat selama ini, pembuktian ilmiah tetap merupakan tuntutan. Peraturan tentang pembatasan jumlah simplisia penyusun jamu merupakan salah satu langkah membina produsen jamu agar meracik jamu secara rasional dalam rangka mengurangi kemungkinan efek samping dan memudahkan penelitian penunjang apabila jamu tersebut akan dikembangkan menjadi fitofarmaka. Masyarakat sebagai konsumen obat tradisional menghendaki perlindungan terhadap praktik-praktik penyalahgunaan obat tradisional yang dapat membahayakan kesehatan. Pemerintah dalam hal ini mempunyai kewajiban untuk mengatur kedua pihak, yaitu produsen dan konsumen agar sama-sama dalam posisi yang menguntungkan. Oleh karena itu, pengetahuan tentang meracik obat yang rasional merupakan bahasan dengan maksud untuk memberikan pengetahuan dan pemahaman tentang bagaimana seharusnya komposisi obat tradisional yang rasional pada jamu yang banyak beredar di masyarakat.
Jenis Obat Tradisional
Pemerintah dalam hal ini Direktorat Jenderal Pengawasan Obat dan Makanan (Dirjen POM)
yang kemudian beralih menjadi Badan POM mempunyai tanggung jawab dalam
peredaran obat tradisional di masyarakat.
Obat tradisional Indonesia semula hanya dibedakan menjadi 2 kelompok, yaitu:
obat tradisional atau jamu dan fitofarmaka (obat tradisional dari bahan alam).
Dengan semakin berkembangnya teknologi, telah diciptakan peralatan berteknologi tinggi yang membantu proses produksi sehingga industri jamu maupun industri farmasi mampu membuat jamu dalam bentuk ekstrak.
Namun, sayang pembuatan sediaan yang lebih praktis ini belum diiringi dengan penelitian sampai dengan uji klinik.
Dengan keadaan tersebut maka obat tradisional sebenarnya dapat dikelompokkan menjadi 3, yaitu:
Jamu, obat ekstrak alam, dan fitofarmaka (obat tradisional dari bahan alam)
Jamu (Empirical based herbal medicine)
Jamu adalah obat tradisional yang disediakan secara tradisional, misalnya dalam bentuk serbuk seduhan, pil, dan cairan yang berisi seluruh bahan tanaman yang menjadi penyusun jamu tersebut serta digunakan secara tradisional. Pada umumnya, jenis ini dibuat dengan mengacu pada resep peninggalan leluhur yang disusun dari berbagai tanaman obat yang jumlahnya cukup banyak, berkisar antara 5 – 10 macam bahkan lebih. Bentuk jamu tidak memerlukan pembuktian ilmiah sampai dengan klinis, tetapi cukup dengan bukti empiris. Jamu yang telah digunakan secara turun-menurun selama berpuluh-puluh tahun bahkan mungkin ratusan tahun, telah membuktikan keamanan dan manfaat secara langsung untuk tujuan kesehatan tertentu.
Ekstrak Bahan Alam (Scientific based herbal medicine)
Adalah obat tradisional yang disajikan dari ekstrak atau penyarian bahan alam yang dapat berupa tanaman obat, binatang, maupun mineral. Untuk melaksanakan proses ini membutuhkan peralatan yang lebih kompleks dan berharga mahal, ditambah dengan tenaga kerja yang mendukung dengan pengetahuan maupun ketrampilan pembuatan ekstrak. Selain proses produksi dengan tehnologi maju, jenis ini pada umumnya telah ditunjang dengan pembuktian ilmiah berupa penelitian-penelitian pre-klinik seperti standart kandungan bahan berkhasiat, standart pembuatan ekstrak tanaman obat, standart pembuatan obat tradisional yang higienis, dan uji toksisitas akut maupun kronis.
Fitofarmaka (Clinical based herbal medicine)
Merupakan bentuk obat tradisional dari bahan alam yang dapat disejajarkan dengan obat moderen karena proses pembuatannya yang telah terstandar, ditunjang dengan bukti ilmiah sampai dengan uji klinik pada manusia. Oleh karena itu, dalam pembuatannya memerlukan tenaga ahli dan biaya yang besar ditunjang dengan peralatan berteknologi moderen.
Sumber Perolehan Obat Tradisional
Obat tradisional dapat diperoleh dari berbagai sumber sebagai pembuat atau yang memproduksi obat tradisional, yang dapat dikelompokkan sebagai berikut:
Obat tradisional buatan sendiri
Obat tradisional jenis ini merupakan akar dari pengembangan obat tradisional di Indonesia saat ini. Pada zaman dahulu, nenek moyang kita mempunyai kemampuan untuk menyediakan ramuan obat tradisional yang digunakan untuk keperluan keluarga. Cara ini kemudian terus dikembangkan oleh pemerintah dalam bentuk program TOGA. Dengan adanya program TOGA diharapkan masyarakat mampu menyediakan baik bahan maupun sediaan jamu yang dapat dimanfaatkan dalam upaya menunjang kesehatan keluarga. Program TOGA lebih mengarah kepada self care untuk menjaga kesehatan anggota keluarga serta penanganan penyakit ringan yang dialami oleh anggota keluarga.
Program TOGA bertujuan untuk menyediakan obat dalam rangka penanganan kesehatan sendiri. Dengan kemampuan pengetahuan serta pendidikan mayarakat yang bervariasi, program ini mengajarkan pengetahuan peracikan jamu serta penggunaannya secara sederhana tetapi aman untuk dikonsumsi. Sumber tanaman diharapkan disediakan oleh masyarakat sendiri, baik secara individu, keluarga, maupun kolektif dalam suatu lingkungan masyarakat. Namun, tidak tertutup kemungkinan bahan baku dibeli dari pasar tradisional yang banyak menjual bahan jamu yang pada umumnya juga merupakan bahan untuk keperluan bumbu dapur masakan asli Indonesia. Pelaksanaan program TOGA diharapkan melibatkan peran aktif seluruh anggota masyarakat yang terwakili oleh ibu rumah tangga, dibimbing dan dibina oleh puskesmas setempat.
Obat tradisional berasal dari pembuat jamu /Herbalist
Membuat jamu merupakan salah satu profesi yang jumlahnya masih cukup banyak. Salah satunya adalah pembuat sekaligus penjual jamu gendong. Pembuat jamu gendong merupakan salah satu penyedia obat tradisional dalam bentuk cairan minum yang sangat digemari masyarakat. Jamu gendong sangat populer. Tidak hanya di pulau Jawa, tetapi juga dapat ditemui di berbagai pulau lain di Indonesia. Segala lapisan masyarakat sangat membutuhkan kehadirannya meskipun tidak dapat dipungkiri lebih banyak dari masyarakat lapisan bawah yang menggunakan jasa mereka. Selain jamu gendong yang umum dijual seperti kunir asam, sinom, mengkudu, pahitan, beras kencur, cabe puyang, dan gepyokan, mereka juga mampu menyediakan jamu khusus sesuai pesanan. Misalnya, jamu habis bersalin, jamu untuk mengobati keputihan, dll. Akhir-akhir ini, dengan adanya jamu-jamu industri seringkali kita jumpai penjual jamu gendong menyediakan jamu serbuk buatan industri untuk dikonsumsi bersamaan dengan jamu gendong yang mereka sediakan.
Selain pembuat jamu gendong, peracik tradisional masih dapat dijumpai di Jawa Tengah. Mereka berada di pasar-pasar tradisional menyediakan jamu sesuai kebutuhan konsumen. Bentuk jamu pada umumnya sejenis jamu gendong, namun lebih mempunyai kekhususan untuk pengobatan penyakit atau keluhan kesehatan tertentu. Peracik jenis ini tampaknya sudah semakin berkurang jumlahnya dan kalah bersaing dengan industri yang mampu menyediakan jamu dalam bentuk yang lebih praktis.
Tabib lokal masih dapat kita jumpai meskipun jumlahnya tidak banyak. Mereka melaksanakan praktik pengobatan dengan menyediakan ramuan dengan bahan alam yang berasal dari bahan lokal. Ilmu ketabiban seringkali diperoleh dengan cara bekerja sambil belajar kepada tabib yang telah berpraktik. Di beberapa kota, telah dapat dijumpai pendidikan tabib berupa kursus yang telah dikelola dengan baik dan diselenggarakan oleh tabib tertentu. Pada umumnya, selain pemberian ramuan, para tabib juga mengkombinasikannya dengan teknik lain seperti metode spiritual/agama atau supranatural.
Sinshe adalah pengobat tradisional yang berasal dari etnis Tionghoa yang melayani pengobatan menggunakan ramuan obat tradisional bersumber dari pengetahuan negera asal mereka, yaitu Cina. Pada umumnya mereka menggunakan bahan-bahan yang berasal dari Cina meskipun tidak jarang mereka juga mencampur dengan bahan lokal yang sejenis dengan yang mereka jumpai di Cina. Obat tradisional Cina berkembang dengan baik dan banyak diimport ke Indonesia untuk memenuhi kebutuhan obat yang dikonsumsi, tidak saja oleh pasien etnis Cina tetapi juga banyak dikonsumsi oleh pribumi. Kemudahan memperoleh bahan baku obat tradisional Cina dapat dilihat dari banyaknya toko obat Cina yang menyediakan sediaan jadi maupun menerima peracikan resep dari Sinshe. Selain memberikan obat tradisional yang disediakan sendiri maupun yang disediakan oleh toko obat, Sinshe pada umumnya mengkombinasikan ramuan dengan teknik lain seperti pijatan, akupresur, atau akupungkur.
Obat tradisional buatan industri.
Berdasarkan peraturan Departemen Kesehatan RI, industri obat tradisional dapat dikelompokkan menjadi industri kecil dan industri besar berdasar modal yang harus mereka miliki. Dengan semakin maraknya obat tradisional, tampaknya industri farmasi mulai tertarik untuk memproduksi obat tradisional. Tetapi, pada umumnya yang berbentuk sediaan moderen berupa ekstrak bahan alam atau fitofarmaka. Sedangkan industri jamu memproduksi lebih condong untuk memproduksi bentuk jamu yang sederhana meskipun akhir-akhir ini cukup banyak industri besar yang memproduksi jamu dalam bentuk sediaan moderen (tablet, kapsul, syrup dll.) dan bahkan fitofarmaka.
sumber : http://www.tempo.co.id/medika/arsip/102002/pus-2.htm
Ornamen Tionghoa
Beberapa contoh ornamen yang mirip dengan kemasan obat cacing :
motive vas china:
China, Sung Dynasty, T 'zu Chou Vase, c. 1150, sgraffito design resulting in dark lines in white slip on stoneware.
motive ada pada kramik china:
China, Jiangxi Province; Yuan period (1279-1368), mid-14th century
Porcelain painted with underglaze cobalt blue (Jingdezhen ware)
H. 3 in. (7.6 cm); D. 18 3/8 in. (46.7 cm)
Mr. and Mrs. John D. Rockefeller 3rd Collection of Asian Art
1979.151
sumber : http://witcombe.sbc.edu/ARTHLinks3.html#china
motive vas china:
China, Sung Dynasty, T 'zu Chou Vase, c. 1150, sgraffito design resulting in dark lines in white slip on stoneware.
motive ada pada kramik china:
China, Jiangxi Province; Yuan period (1279-1368), mid-14th century
Porcelain painted with underglaze cobalt blue (Jingdezhen ware)
H. 3 in. (7.6 cm); D. 18 3/8 in. (46.7 cm)
Mr. and Mrs. John D. Rockefeller 3rd Collection of Asian Art
1979.151
sumber : http://witcombe.sbc.edu/ARTHLinks3.html#china
Selasa, 28 Agustus 2007
Sarung Tenun Cap Sirih Manggis
Jenis Produk : Sarung Tenun
No. daftar legal : 208340
No. merk dagang : -
Produsen : -
Alamat Produsen : -
Bentuk Packaging : Kertas Stiker
Material Kemasan : Kertas
Ukuran :
- Panjang : 78 mm
- Lebar : 98 mm
Warna Kemasan : Kuning, Biru dan Merah
Simbol/Visual : Daun Sirih dan Manggis
Penafsiran :
ms.wikipedia.org/wiki/Manggis
No. daftar legal : 208340
No. merk dagang : -
Produsen : -
Alamat Produsen : -
Bentuk Packaging : Kertas Stiker
Material Kemasan : Kertas
Ukuran :
- Panjang : 78 mm
- Lebar : 98 mm
Warna Kemasan : Kuning, Biru dan Merah
Simbol/Visual : Daun Sirih dan Manggis
~Sarung Tenun adalah produksi Indonesia yang berasal dari daerah Jawa Tengah.
~Kuning/emas melambangkan kemakmuran, merah melambangkan keberuntungan bagi budaya Tionghoa. Sedangkan warna biru melambangkan kesetiaan.
~Penggunaan lambang daun sirih karena mengartikan kejujuran dan keluhuran dari etnik tanjung pinang. Daun sirih juga melambangkan tradisi masyarakat Simalungun dalam persekutuan dan kebersamaan yang saling melayani / menghormati dalam kedamaian demi kesejahteraan.
~Tulisan logo manggis dibuat dengan jenis tulisan yang kokoh serta melengkung.
sumber : http://www.gkps.or.id/?go=tampilkan&kat=10&gr=4&id=150
tanjungpinangkota.go.id/tpi/index.php?option=com_ content&task=view&id=30&Itemid=44
~Lambang yang digunakan adalah buah manggis, karena buah ini tahan lama walau sudah matang, yang ingin menunjukan bahwa sarung tenun ini dapat dipakai dalam jangka waktu yang
lama dan tidak luntur. Buah manggis juga dikenal sebagai "ratu dari segala buah".
lama dan tidak luntur. Buah manggis juga dikenal sebagai "ratu dari segala buah".
~Kuning/emas melambangkan kemakmuran, merah melambangkan keberuntungan bagi budaya Tionghoa. Sedangkan warna biru melambangkan kesetiaan.
~Penggunaan lambang daun sirih karena mengartikan kejujuran dan keluhuran dari etnik tanjung pinang. Daun sirih juga melambangkan tradisi masyarakat Simalungun dalam persekutuan dan kebersamaan yang saling melayani / menghormati dalam kedamaian demi kesejahteraan.
~Tulisan logo manggis dibuat dengan jenis tulisan yang kokoh serta melengkung.
sumber : http://www.gkps.or.id/?go=tampilkan&kat=10&gr=4&id=150
tanjungpinangkota.go.id/tpi/index.php?option=com_ content&task=view&id=30&Itemid=44
Wantex Padi Gunting
Jenis Produk : Pewarna Pakaian
No. daftar legal : -
No. merk dagang : -
Produsen : Niaga dan Usaha Mardha
Alamat Produsen : Jln. Prof. Supomo SH. 11, Jakarta Selatan
Bentuk Packaging : Kemasan Sachet
Material Kemasan : Kertas
Ukuran :
- Panjang : 60 mm
- Lebar : 85 mm
Warna Kemasan : Biru, Orange, Hijau, Kuning, Merah
Simbol/Visual : Padi dan Gunting
sumber : http://www.gkps.or.id/?go=tampilkan&kat=10&gr=4&id=150
No. daftar legal : -
No. merk dagang : -
Produsen : Niaga dan Usaha Mardha
Alamat Produsen : Jln. Prof. Supomo SH. 11, Jakarta Selatan
Bentuk Packaging : Kemasan Sachet
Material Kemasan : Kertas
Ukuran :
- Panjang : 60 mm
- Lebar : 85 mm
Warna Kemasan : Biru, Orange, Hijau, Kuning, Merah
Simbol/Visual : Padi dan Gunting
Penafsiran :
~Layout produk ini sangat ramai, dan warna yang dipakai pada kemasan ini adalah warna-warna ceria yang menggambarkan bahwa produk ini adalah pewarna pakaian yang memiliki banyak pilihan warna.
~Penggunaan warna pada background logo adalah biru dan hitam yang bertujuan untuk menonjolkan logo Padi dan Gunting tersebut agar tidak terlihat bertabrakan. Warna biru berarti kesetiaan dan hijau melambangkan perdamaian.
~Lambang Padi itu sendiri memiliki makna kemakmuran, dan lambang gunting merupakan kekuasaan yang sering diartikan oleh masyarakat Tionghoa. Gunting juga identik dengan pakaian.
~lambang pita mengartikan kualitas.
~Logo tulisan wantex dibuat dengan jenis tulisan yang kuat
serta dibentuk melengkung.
~Penggunaan warna pada background logo adalah biru dan hitam yang bertujuan untuk menonjolkan logo Padi dan Gunting tersebut agar tidak terlihat bertabrakan. Warna biru berarti kesetiaan dan hijau melambangkan perdamaian.
~Lambang Padi itu sendiri memiliki makna kemakmuran, dan lambang gunting merupakan kekuasaan yang sering diartikan oleh masyarakat Tionghoa. Gunting juga identik dengan pakaian.
~lambang pita mengartikan kualitas.
~Logo tulisan wantex dibuat dengan jenis tulisan yang kuat
serta dibentuk melengkung.
sumber : http://www.gkps.or.id/?go=tampilkan&kat=10&gr=4&id=150
Kertas Sigaret Sinar Pelikan
Jenis Produk : Kertas Sigaret
No. daftar legal : 83848
No. merk dagang : -
Produsen : Sinar Pelikan
Alamat Produsen : -
Bentuk Packaging : Kemasan
Material Kemasan : Kertas
Ukuran :
- Panjang : 120 mm
- Lebar : 76 mm
Warna Kemasan : Biru, Merah dan Putih
Simbol/Visual : Burung Pelikan yang sedang memakan ikan
Penafsiran :
No. daftar legal : 83848
No. merk dagang : -
Produsen : Sinar Pelikan
Alamat Produsen : -
Bentuk Packaging : Kemasan
Material Kemasan : Kertas
Ukuran :
- Panjang : 120 mm
- Lebar : 76 mm
Warna Kemasan : Biru, Merah dan Putih
Simbol/Visual : Burung Pelikan yang sedang memakan ikan
Penafsiran :
~Warna biru terlihat sangat dominan disini. Warna biru disini melambangkan kemakmuran dan kesetiaan.
Putih melambangkan kesucian dan kedamaian
Merah melambangkan keberanian serta keberuntungan bagi budaya Tionghoa.
~Ornamen campuran Jawa-Tionghoa terlihat pada background ornamen bilik, dan ornamen suliran daun bunga yang menghiasi kemasan ini, menciptakan kesan bahwa kertas sigaret ini dibuat secara tradisional atau alami.
~Gambar burung Pelikan dari logo perusahaan melambangkan kemakmuran dan pantang menyerah yang dipercaya oleh budaya Tionghoa.
Ditambah dengan garis 'Halo' disekitar burung pelikan yang menggambarkan penyinaran atau pencerahan. Burung Pelikan yang sedang memakan ikan melambangkan rejeki yang mengalir lancar.
sumber : http://www.sulut.go.id/dataweb/artilambang.pdf
Simbol Pelikan Dalam Gereja Khatolik
Simbol ibu pelikan sedang memberi makan anak-anaknya berasal dari suatu legenda kuno sebelum masa Kristiani. Alkisah, pada masa kelaparan, ibu pelikan melukai dirinya sendiri, merobek dadanya dengan paruhnya untuk memberi makan anak-anaknya dengan darahnya agar mereka tidak mati kelaparan. Versi lain dari legenda tersebut mengisahkan ibu pelikan memberi makan anak-anaknya yang mati kelaparan dengan darahnya agar mereka pulih dan hidup kembali, sementara ia sendiri kehilangan nyawanya.
Ditemukan dalam Physiologus (= Legenda Binatang), suatu karya sastra Gereja Perdana yang muncul pada abad kedua di Alexandria, Mesir. Physiologus, yang ditulis oleh seorang pengarang anonim, menceritakan legenda-legenda binatang dengan memberikan tafsiran alegoris (= kiasan) bagi setiap legenda. Sebagai contoh, burung phoenix (= burung hong) yang membakar dirinya hingga mati dan bangkit dari abu pada hari ketiga, melambangkan Kristus yang wafat bagi dosa-dosa kita dan bangkit pada hari ketiga dengan mengaruniakan janji akan kehidupan kekal bagi kita. Unicorn yang hanya mengijinkan dirinya ditangkap dalam pelukan seorang gadis yang suci murni, melambangkan peristiwa inkarnasi.
Dalam Physiologus, legenda pelikan memberi makan anak-anaknya digambarkan sebagai berikut: “Anak-anak pelikan menyerang orangtuanya, dan orangtuanya menyerang balik, lalu membunuh mereka. Tetapi, pada hari ketiga ibu pelikan merobek lambungnya dan mencurahkan darahnya atas anak-anaknya yang telah mati. Dengan demikian, anak-anaknya itu dipulihkan serta dihidupkan kembali. Demikian jugalah Tuhan kita Yesus Kristus bersabda melalui nabi Yesaya: “Aku membesarkan anak-anak dan mengasuhnya, tetapi mereka memberontak terhadap Aku.” (Yesaya 1:2). Kita memberontak melawan Tuhan dengan menyembah allah-allah lain selain dari Sang Pencipta. Sebab itu Ia rela merendahkan diri dengan wafat di atas kayu salib, dan ketika lambung-Nya ditikam, mengalirlah darah dan air bagi keselamatan dan kehidupan kekal bagi kita.” Karya sastra tersebut dikenal oleh St. Epifanius, St. Basilus and St. Petrus dari Alexandria, serta populer pada abad pertengahan dan dipakai sebagai sumber acuan simbol-simbol yang dipakai dalam berbagai karya pahat batu dan karya seni lainnya pada masa itu.
sumber : http://yesaya.indocell.net/id478.htm
Putih melambangkan kesucian dan kedamaian
Merah melambangkan keberanian serta keberuntungan bagi budaya Tionghoa.
~Ornamen campuran Jawa-Tionghoa terlihat pada background ornamen bilik, dan ornamen suliran daun bunga yang menghiasi kemasan ini, menciptakan kesan bahwa kertas sigaret ini dibuat secara tradisional atau alami.
~Gambar burung Pelikan dari logo perusahaan melambangkan kemakmuran dan pantang menyerah yang dipercaya oleh budaya Tionghoa.
Ditambah dengan garis 'Halo' disekitar burung pelikan yang menggambarkan penyinaran atau pencerahan. Burung Pelikan yang sedang memakan ikan melambangkan rejeki yang mengalir lancar.
sumber : http://www.sulut.go.id/dataweb/artilambang.pdf
Simbol Pelikan Dalam Gereja Khatolik
Simbol ibu pelikan sedang memberi makan anak-anaknya berasal dari suatu legenda kuno sebelum masa Kristiani. Alkisah, pada masa kelaparan, ibu pelikan melukai dirinya sendiri, merobek dadanya dengan paruhnya untuk memberi makan anak-anaknya dengan darahnya agar mereka tidak mati kelaparan. Versi lain dari legenda tersebut mengisahkan ibu pelikan memberi makan anak-anaknya yang mati kelaparan dengan darahnya agar mereka pulih dan hidup kembali, sementara ia sendiri kehilangan nyawanya.
Ditemukan dalam Physiologus (= Legenda Binatang), suatu karya sastra Gereja Perdana yang muncul pada abad kedua di Alexandria, Mesir. Physiologus, yang ditulis oleh seorang pengarang anonim, menceritakan legenda-legenda binatang dengan memberikan tafsiran alegoris (= kiasan) bagi setiap legenda. Sebagai contoh, burung phoenix (= burung hong) yang membakar dirinya hingga mati dan bangkit dari abu pada hari ketiga, melambangkan Kristus yang wafat bagi dosa-dosa kita dan bangkit pada hari ketiga dengan mengaruniakan janji akan kehidupan kekal bagi kita. Unicorn yang hanya mengijinkan dirinya ditangkap dalam pelukan seorang gadis yang suci murni, melambangkan peristiwa inkarnasi.
Dalam Physiologus, legenda pelikan memberi makan anak-anaknya digambarkan sebagai berikut: “Anak-anak pelikan menyerang orangtuanya, dan orangtuanya menyerang balik, lalu membunuh mereka. Tetapi, pada hari ketiga ibu pelikan merobek lambungnya dan mencurahkan darahnya atas anak-anaknya yang telah mati. Dengan demikian, anak-anaknya itu dipulihkan serta dihidupkan kembali. Demikian jugalah Tuhan kita Yesus Kristus bersabda melalui nabi Yesaya: “Aku membesarkan anak-anak dan mengasuhnya, tetapi mereka memberontak terhadap Aku.” (Yesaya 1:2). Kita memberontak melawan Tuhan dengan menyembah allah-allah lain selain dari Sang Pencipta. Sebab itu Ia rela merendahkan diri dengan wafat di atas kayu salib, dan ketika lambung-Nya ditikam, mengalirlah darah dan air bagi keselamatan dan kehidupan kekal bagi kita.” Karya sastra tersebut dikenal oleh St. Epifanius, St. Basilus and St. Petrus dari Alexandria, serta populer pada abad pertengahan dan dipakai sebagai sumber acuan simbol-simbol yang dipakai dalam berbagai karya pahat batu dan karya seni lainnya pada masa itu.
sumber : http://yesaya.indocell.net/id478.htm
Frambozen Essence
Jenis Produk : Essence makanan
No. daftar legal : -
No. merk dagang : 1634 1100 1082
Produsen : Pharco Semarang Indonesia
Alamat Produsen : Semarang, Indonesia
Bentuk Packaging : Stiker paper
Material Kemasan : Kertas Stiker
Ukuran :
- Panjang : 70 mm
- Lebar : 40 mm
Warna Kemasan : Kuning
Simbol/Visual : Buah-buahan
Penafsiran :
~Selain itu yang berhubungan dengan budaya Tionghoa mungkin dilihat dari komposisi layoutnya yang dipakai.
~ Pada nama produsen menggunakan pita yang terpengaruh oleh budaya eropa (jaman belanda) ingin mengartikan kualitas.
No. daftar legal : -
No. merk dagang : 1634 1100 1082
Produsen : Pharco Semarang Indonesia
Alamat Produsen : Semarang, Indonesia
Bentuk Packaging : Stiker paper
Material Kemasan : Kertas Stiker
Ukuran :
- Panjang : 70 mm
- Lebar : 40 mm
Warna Kemasan : Kuning
Simbol/Visual : Buah-buahan
Penafsiran :
~Menggunakan ilustrasi buah-buahan, yang ingin menggambarkan perasa makanan yang dalam produk ini adalah essence dengan berbagai pilihan rasa buah.
~Menggunakan warna dasar kuning serta warna cerah untuk buah dimana dalam budaya Tionghoa warna kuning malambangkan kekayaan/kemakmuran.
~Menggunakan warna dasar kuning serta warna cerah untuk buah dimana dalam budaya Tionghoa warna kuning malambangkan kekayaan/kemakmuran.
~ Pada nama produsen menggunakan pita yang terpengaruh oleh budaya eropa (jaman belanda) ingin mengartikan kualitas.
Jamu Tujuh Angin Kalimo Sodo
Jenis Produk : Jamu Bubuk
No. daftar legal : -
No. merk dagang : -
Produsen : Pengrajin Jamu Jawa Kalimo Sodo
Alamat Produsen : Solo Indonesia
Bentuk Packaging : Kemasan / Sachet
Material Kemasan : Kertas
Ukuran :
- Panjang : 60 mm
- Lebar : 90 mm
Warna Kemasan : merah, kuning, putih
Simbol/Visual : orang berpakaian jawa (terlihat dari kain yang dililitkan pada leher dan ikat kepala) yang sedang mengigil kedinginan. Orang disini berpakaian seperti orang desa yang mencerminkan tujuan konsumen jamu bubuk ini adalah orang menengah ke bawah.
Penafsiran :
No. daftar legal : -
No. merk dagang : -
Produsen : Pengrajin Jamu Jawa Kalimo Sodo
Alamat Produsen : Solo Indonesia
Bentuk Packaging : Kemasan / Sachet
Material Kemasan : Kertas
Ukuran :
- Panjang : 60 mm
- Lebar : 90 mm
Warna Kemasan : merah, kuning, putih
Simbol/Visual : orang berpakaian jawa (terlihat dari kain yang dililitkan pada leher dan ikat kepala) yang sedang mengigil kedinginan. Orang disini berpakaian seperti orang desa yang mencerminkan tujuan konsumen jamu bubuk ini adalah orang menengah ke bawah.
Penafsiran :
~Pengaruh budaya Tionghoa pada penduduk Jawa masih sangat terasa. Ini disebabkan adanya percampuran adat budaya antara etnis Tionghoa dan penduduk Jawa.
~Dikemasan ini, warna merah berarti keberuntungan bagi budaya Tionghoa dan melambangkan keberanian bagi penduduk etnik Indonesia : Jawa.
Selain itu warna kuning yang bagi etnis Tionghoa adalah emas, yang berakti makmur/kekayaan dan melambangkan optimis atau harapan bagi penduduk Jawa.
~Kalimo Sodo merupakan senjata pemungkas raja Jawa yaitu Puntadewa.
~Simbol bintang yang dijadikan logo Kalimo Sodo berarti pencerahan / terang yang membawa keberuntungan.
~Dikemasan ini, warna merah berarti keberuntungan bagi budaya Tionghoa dan melambangkan keberanian bagi penduduk etnik Indonesia : Jawa.
Selain itu warna kuning yang bagi etnis Tionghoa adalah emas, yang berakti makmur/kekayaan dan melambangkan optimis atau harapan bagi penduduk Jawa.
~Kalimo Sodo merupakan senjata pemungkas raja Jawa yaitu Puntadewa.
~Simbol bintang yang dijadikan logo Kalimo Sodo berarti pencerahan / terang yang membawa keberuntungan.
~Tipografi yang digunakan masih sangat sederhana yaitu arial narrow, yang pada jaman dulu (jadul) jenis-jenis huruf dan permainan tipografi masih sangat minim.
~Gambar visualnya masih berupa ilustratif, tidak adanya penyederhanaan atau permainan visual seperti gambar yang menyerupai simbol/logo, karena pada jaman dulu desain memang kurang diperhatikan karena masih belum berkembang, dimana orang dulu lebih gampang mengenal suatu produk dari ilustrasinya.
sumber : syafii.wordpress.com/category/kepastian/
~Gambar visualnya masih berupa ilustratif, tidak adanya penyederhanaan atau permainan visual seperti gambar yang menyerupai simbol/logo, karena pada jaman dulu desain memang kurang diperhatikan karena masih belum berkembang, dimana orang dulu lebih gampang mengenal suatu produk dari ilustrasinya.
sumber : syafii.wordpress.com/category/kepastian/
Toko "AGUS" Kopi Cap Teko
Jenis Produk : Kopi
No. daftar legal : 131689
No. merk dagang : -
Produsen : Toko Agus
Alamat Produsen : Jln. Pedati No. 27, Bogor
Bentuk Packaging :Kemasan
Material Kemasan : Kertas Kopi
Ukuran :
- Panjang : 150 mm
- Lebar : 150 mm
Warna Kemasan : Coklat
Simbol/Visual : Teko dan Cangkir
No. daftar legal : 131689
No. merk dagang : -
Produsen : Toko Agus
Alamat Produsen : Jln. Pedati No. 27, Bogor
Bentuk Packaging :Kemasan
Material Kemasan : Kertas Kopi
Ukuran :
- Panjang : 150 mm
- Lebar : 150 mm
Warna Kemasan : Coklat
Simbol/Visual : Teko dan Cangkir
Penafsiran :
~Penggunaan warna coklat pada produk ini mengartikan tanah, bumi dan daya tahan.
Warna coklat melambangkan tanah yang subur yang menghasilkan hasil panen yang baik, serta coklat indentik dengan warna kopi sendiri.
~Penggunaan kertas kopi melambangkan kekhasan pada produk ini
~Pemakaian gambar teko dan cangkir melambangkan kasih, sehingga bisa ditarik kesimpulan bahwa pembuatan teko dan cangkir dibuat dengan kasih dan tradisional/alami.
Warna coklat melambangkan tanah yang subur yang menghasilkan hasil panen yang baik, serta coklat indentik dengan warna kopi sendiri.
~Penggunaan kertas kopi melambangkan kekhasan pada produk ini
~Pemakaian gambar teko dan cangkir melambangkan kasih, sehingga bisa ditarik kesimpulan bahwa pembuatan teko dan cangkir dibuat dengan kasih dan tradisional/alami.
sumber : http://www.wisatanet.com/berita/berita_detail.php?kode=1&idnews=694
Warna Textile Asli Cap Kuda Terbang Emas
Jenis Produk : Pewarna Pakaian
No. daftar legal : -
No. merk dagang : -
Produsen : -
Alamat Produsen : -
Nomor Daftar : -
Bentuk Packaging : Kemasan
Material Kemasan : Kertas
Ukuran :
- Panjang : 58 mm
- Lebar : 80 mm
Warna Kemasan : Kuning dan Merah
Simbol/Visual : Kuda Terbang Berwarna Merah
No. daftar legal : -
No. merk dagang : -
Produsen : -
Alamat Produsen : -
Nomor Daftar : -
Bentuk Packaging : Kemasan
Material Kemasan : Kertas
Ukuran :
- Panjang : 58 mm
- Lebar : 80 mm
Warna Kemasan : Kuning dan Merah
Simbol/Visual : Kuda Terbang Berwarna Merah
Penafsiran :
~Warna yang dipakai pada kemasan ini adalah merah pada simbol kuda terbang yang melambangkan keberuntungan, energi, kebahagiaan dan merupakan warna keramat bagi tradisi Tionghoa.
~Warna kuning juga dipakai pada background yang melambangkan kakayaan dan harapan, sehingga dipercaya bahwa warna-warna ini akan mendatangkan keberuntungan bagi produknya.
~Sedangkan simbol Kuda Terbang itu sendiri melambangkan kekokohan, keberanian, dan Harapan untuk menjadi lebih baik.
~ Pada tulisan warna textile dasarnya digunakan pita kuning yang terpengaruh oleh budaya eropa (dari belanda) ingin mengartikan kualitas.
~Warna kuning juga dipakai pada background yang melambangkan kakayaan dan harapan, sehingga dipercaya bahwa warna-warna ini akan mendatangkan keberuntungan bagi produknya.
~Sedangkan simbol Kuda Terbang itu sendiri melambangkan kekokohan, keberanian, dan Harapan untuk menjadi lebih baik.
~ Pada tulisan warna textile dasarnya digunakan pita kuning yang terpengaruh oleh budaya eropa (dari belanda) ingin mengartikan kualitas.
Langganan:
Postingan (Atom)